Tuesday, 1 November 2016

RAHASIA, HIKMAH, MANFAAT DARI GERAKAN SHALAT



RAHASIA, HIKMAH, MANFAAT DARI GERAKAN SHALAT


 Pendahuluan
Salat merupakan salah satu ibadah yang sangat mulia dan paling di cintai oleh Allah SWT. Bahkan, Nabi Muhammad sendiri telah menegaskan tentang kedudukan salat. Beliau bersabda, ”Salat itu meerupakan tiang agama.” Salat merupakan salah satu cara untuk merawat tubuh manusia, seperti halnya seseorang yang memiliki barang baru, maka akan dibutuhkan perawatan agar tetap terjaga dan beroprasi sebagaimana layaknya. Semuanya itu membutuhkan perawatan secara kontinu sehingga selalu terjaga barang tersebut, begitu juga dengan tubuh manusia. Allah menciptakana manusia sekaligus juga program perawatannya. Semua perintah dan larangannya merupakan program yang Allah berikan untuk merawat ciptaan-Nya tersebut. Fungsi dari salat adalah merawat organ tubuh bagian luar, sedangkan puasa bertujuan merawat organ tubuh bagian dalam, begitu pula ibadah haji yaitu untuk merawat jiwa manusia.semua program tersebut hanya memiliki satu tujuan yakni memurnikan syahadat, yangmana umat manusia dengan seluruh program yang di sampaikan oleh Nabi merupakan paket hadiah yang di berikan oleh Allah yang patut dan wajib untuk disyukuri dan di rawat.

Konten
1.      Keutamaan Salat
Salah satu hadits yang di riwayatkan oleh Abdurrahman, Rasulullah SAW bersabda, ”Kunci surga adalah salat”. Kemudian hadits lain yang diriwayatkan oleh Thalhah bin Ubaidillah bahwa ada seorang badui mendatangi Rasulullah seraya mengubah syair lalu berkata, “ Rasulullah, beri tahu aku salat yang diwajibkan oleh Allah kepadaku !”Rasulullah menjawab, “Salat lima waktu kecuali jika kamu mau menambahnya dengan salat-salat sunnah lainnya”. Badui itu kembali berkata,” Rasulullah beri tahu aku puasa yang diwajibkan oleh Allah kepadaku !” Rasulullah kembali menjawab, “Puasa di bulan Ramadhan kecuali jika kamu mau menambah dengan puasa sunnah lainnya.” Badui itu masih bertanya juga, “Rasulullah, beri tahu aku zakat yang diwajibkan oleh Allah kepadaku !” lantas Rasulullah pun segera mengajarkan kepada laki-laki tersebut semua syariat Islam agar ia tidak bertanya-tanya lagi. Setelah selesai diajarkan, badui itu segera berkata, “Aku tidak mau menambah (dengan hal-hal sunnah) ataupun mengurangi (melalaikan) ibadah-ibadah yang telah Allah wajibkan kepadaku.” Lantas segera di timpali oleh Rasulullah SAW, “ Ia akan beruntung jika jujur (benar-benar melakukan apa yang di ucapkannya) atau paling tidak, ia akan maasuk surga jika jujur.”[1] Dari hadits tersebut terlihat Rasulullah mengkaitkan antara keberuntungan dan masuk surga dalam upaya menjaga salat-salat fardhu dan ibadah-ibadah fardhu lainnya.
Allah berfirman dalam surat Annur: 56 yang artinya: “Dan dirikanlah salat, dan tunaikanlah zakat, dan taatlah kepada rasul supaya kamu di beri rahmat” dalam ayat ini jelas bahwa pelaksanaan salat menjadi salah satu sebab di dapatkannya rahmat Allah.
Dari ayat AlQuran dan hadits di atas menjelaskan bahwasanya salat dan ibadah fardhu lainnya memiliki kelebihan dan manfaatnya masing-masing. Namun sampai dewasa ini masih banyak dari manusia yang melalikan dan meninggalkan dengan sengaja perintah dan anjuran yang sudah Allah berikan.

2.      Hikmah Bacaan dan Gerakan Salat
Dalam salat ada rukun dan syarat sah salat yang harus di laksanakan. Pada hal ini akan di bahas mengenai rukun dalam salat. Mengingat gerakan dan bacaan salat terdapat di dalam rukun salat.

a.       Takbiratul Ikhram
Takbiotul ikhrom merupakan gerakan awal yang di lakukan setelah mengucapkan niat salat. Biasanya pada saat takbiratul ikhram di sertai dengan mengangkat kedua tangan hingga telapak tangan sejajar dengan telinga. takbiratul ikhram merupakan batasan dimana seorang yang akan salat di larang untuk bergerak diluar gerakan salat. Imam Malik berpendapat dalam Dahsyatnya Gerakan Salat (Jalal Syafi’i, 2009), bahwasanya seorang imam salat yang lupa dengan takbriotul ikhrom maka hendaklah dia dan makmumnya mengulangi salatnya lagi.
Imam Bukhori mengatakan bahwa mengangkat tangan terlebih dahulu sebelum mengucapkan takbir. Hal itu artinya bahwa mengangkat kedua tangan merupakan simbol dari penolakan sifat kebesaran yang disandang oleh selain Allah, sedangkan kalimat takbir sendiri merupakan penolakan tersebut.[2] Bebrapa ulama berpendapat bahwa mengangkat tangan sebagai isyarat orang tuli bahwasanya salat telah dimulai, dan orang buta dapat mendengar takbir yang di ucapkan oleh imam. Dan ulama lain berpendapat bahwa keduanya adalah menolak dunia dan sepenuhnya patuh ibadah kepada Allah semata. Pendapat lain lagi menyatakan bahwasanya takbiratul ikhram adalah simbol penghormatan ketika mulai ibadah dan pengagugan terhadap Allah SWT.
Dari aspek kesehatan, mengangkat kedua tangan dapat mengurangi kelaina karena kurangnya pasokan oksigen yang masuk ke dalam otak. Hal ini berasal dari posisi kita yang sering membungkuk, biasanya para pelajar maupun pekerja kantoran, mengakibatkan berkurangnya volume udara yang masuk dalam sirkulasi paru-paru, sehingga jumlah oksigen yang masuk ke dalam paru-paru menurun bahkan di bawah batas normal. Hal tersebut berimbas pada berkurangnya hemoglobin (sel darah yang membawa oksigen ke seluruh tubuh) dalam darah, yang akhirnya mengurangi proses pengolahan nutrisi dalam tubuh. Sehingga kadar darah yang mengangkut hasil metabolisme tubuh akan berkurang juga. Dan akhirnya zat-zat sisa metabolisme yang harus di bawa ke paru-paru lagi untuk di keluarkan tersebut berkurang dan menyebabkan otot akan cepat terasa lelah karena sisa pembakaran yang dibawa hanya sedikit.
Tidak hanya pada sirkulasi paru-paru saja melainkan menyebar pula ke sel otak karena berkurangnya sel darah yang membawa oksigen dan nutrisi. Hal tersebut dapat mengakibatkan timbulnya stres.
Gerakan takbiratul ikhram dapat mengatasi kedua masalah tersebut. Karena, pada saat kedua tanyan diangkat keatas dan kedua siku sedikit menyamping disertai dengan bahu yang rata atau tegap, maka akan mengembalikan posisi tulang belikat pada posisi asalnya. Posisi tersebut dapat mencegah perputaran dua bahu dan punggung. Dan apabila di lakukan secara rutin, akan menyembuhkan kelainan-kelainan yang terjadi.
Selain hal itu posisi takbiratul ikhram melebarkan dada sehingga kemampuan diagfragma bertambah besar dan oksigen yang masuk ke dalam tubuh akan bertambah. Namun mengangkat tangan secara berlebihan akan menyebabkan tulang belikat terlalu tertarik ke depan yang pada akhirnya menimbulkan kegagalan tulang rawan atau rematik.

b.      Posisi Kedua Tangan dan Bacaan Surat Al Fatihah
Pada dasarnya, setelah melakukan takbiratul ikhram adalah meletakkan kedua tangan di atas dada dengan posisi tangan kanan di atas dan  memegang pergelangan tangan kiri. Posisi tangan ini lah yang mengakibatkan seseorang akan khusyuk dalam salatnya. Meletakkan tangan di dada, di atas pusar dan di bawah tulang rusuk, merupakan posisi terbaik untuk siku-siku dibandingkan dengan posisi lainnya. Seseorang yang mengalami patah tulang, akan di gips dengan posisi tangan seperti itu. Selain itu, posisi tersebut dapat enjaga kedua posisi bahu agar sama tinggi, sehingga mencegah terjadinya kemiringan sisi pada tulang punggung, sekaligus menyembuhkannya. Dan tangan kanan harus di atas tangan kiri karena dalam hidup, kita bnayak dianjurkan untuk banyak menggunakan tangan kanan dalam hal kebaikan. Dalam Qur’an pun penduduk surga disimbolkan dengan tangan kanan.
Pada fase ini seorang yang salat ada dalam posisi berdiri secara umum. Dan ketika tangan berada dia atas dada dengan posisi yang sedemikian rupa, maka secara tidak langsung posisi tubuhnya agak sedikit condong ke belakan. Hal ini lah yang menyebabkan kita di wajibkan untuk melihat tempat sujud agar dapat mengimbangi beban yang dibawa oleh badan. Dan apabila lengkugan badan ke belakang bertambah, maka akan menambah lengkungan pada tulang rawan belakang perut yang mengakibatkan kegagalan tulang rawan yang akan menimbulkan rasa sakit yang amat di sepanjang kedua kaki hingga tulang awan.

c.       Ruku’ dan Bacaannya
Pentingnya posisi ruku’ dalam salat sama pentingnya dengan salat itu sendiri. Jenis salat dapat di ukur dengan adanya ruku’. Diriwayatkan dari malik, ia di beri tahu bahwa Abdullah bin Umar dan Zaid bin Tsabit keduanya pernah berkata, “Siapa yang mendapat satu ruku’ maka ia mendapat satu sujud (rakaat).[3] Dari sini sudah terlihat pentingnya ruku’ dalam salat. Dalam ruku’ kita diharuskan untuk membungkukkan badan dan meluruskan kepala dengan punggung yang di topang oleh kedua tangan yang menempel pada kedua lutut dan merenggangkan punggung. Hal ini menybabkan otot belakang kaki tertarik atau ekstensi dan pemanjangan otot, dan hal ini sangat bermanfaat menambah kelenturan dan kemampuan menekuk, sehingga orang akan dapat berjalan ataupun berlari dengan lincah. Posisi ruku’ juga merupakan salah satu unsur olahraga. Sedangkan, apabila ada penyusutan otot belakang kaki akan menimbulkal meningkatnya tekanan pada saraf nutrisi atau lebih di kenal dengan encok.
Ketika ruku’ tangan berada di atas lutut dan dilarang berada diantara paha, hal ini disebabkan apabila berada diantara paha maka akan mempersulit pernafasan. Selain itu ketika tangan berada diantara paha, maka akan menarik lutut lebih dekat satu sama lain yang menmbuat otot belakang kaki tidak tertarik dengan sempurna. Dari segi fisiologi, ketika ruku’ punggung dan kepala sama rata dengan tanah, sehingga ketika jantung memompa ke kepala tidak dipengaruhi oleh gravitasi. Sehingga kadar darah dalam otak akan bertambah berikut juga dengan nutrisi nya. Selain suplai darah yang meningkat, ruku’ juga memperbaiki kemampuan memandang dan daya melihat, khususnya bagi yang mengidap penyakit hati dan darah rendah.

d.      I’tidal dan Bacaannya
Seluruh gerakan salat haruslah dilakukan dengan baik dan benar. Termasuk gerakan i’tidal atau bangun dari ruku’. Sebagaimana perintah Rasulullah dalam sabda beliau kepada orang yang suka terburu-buru dalam salat, “Berdirilah (dari ruku’), sampai kamu benar-benar merasa nyaman dengan berdiri kamu itu!” dalam gerakan ruku’ seorang yang salat diharuskan sanggup menarik otot punggung dan bokong serta otot belakang kaki diikuti oleh pelemasan otot dada. Hal ini mencegan akan adanya kebugkukan yang disebabkan kurang ekstensinya sistem otot punggungnya.
Selain daripada mencegah ataupun mengurangi dari resiko kebungkukan, gerakan ruku’ juga dapat meningkatkan kemampuan diagfragma atau siklus paru-paru yang dapat juga memperbaiki kerja berbagai macam organ tubuh lainnya. Hal ini disebabkan ketika bangun dari ruku’, seorang yang salat mengangkat tangannya sebagaimana yang ia lakukan ketika takbiratul ikhram.
Namun beberapa ulama berpendapat bahwa i’tidal haruslah didasari dengan niat yang pasti, karena dimisalkan seorang yang salat ketika ruku’ melihat ular didepannya kemuadian kaget dan berdiri tegak, hal inilah yang gerakan bangun dari ruku’nya tidak dianggap sah dalam salat. Artinya, seorang pelaksana salat haruslah bangun dari ruku’ dengan senyaman mungkin (thuma’ninah).[4] Rasa takut dan kaget yang timbul tersebut mengirimkan sinyal ke syaraf otak sehingga otak menginstruksikan cairan kelenjar yang ada di atas ginjal untuk mengeluarkan hormon adrenalin, yang mana hormon adrenalin itulah yang membuat gerakan kaget dan menambah tekana darah ke otak, menambah detakan jantung dan tekanan untuk buang air kecil. Maka seorang yang tanpa sengaja bangun dari ruku’nya hendaklah ia kembali ke posisi ruku’nya lagi sampai merasa nyaman, baru setelah itu ia dapat melakukan i’tidal dengan benar.

e.       Sujud dan Bacaannya
Sebagian besar ulama berpendapat bahwasanya gerakan sujud dimulai dari meletakkan kedua lutut, kemudian tangan dan diakhiri dengan kepala. Namun ada hadits yang melarang gerakan sujud seperti dengan telungkupnya unta, yang mana unta mendahulukan kaki belakangnya dahulu ketika telungkup. Posisi telungkup unta merupakan gerakan yang dilarang oleh Rasulullah, karena gerakan yang dilakukan oleh unta berlawanan dengan yang di inginkan oleh Rasulullah.
Menurut analisis ilmu anantomi tubuh, jika seorang manusia bergerak untuk bersujud dengan bertumpu pada kedua lututnya dan bukan tangannya maka berarti ia telah menjaga kelurusan punggung saat jongkok untuk sujud. Dengan begitu yulang belakang akan tetap berada di tempatnya yang normal dan hanya mengalami kecekungan  sedikit saja.[5] Namun apabila sujud dengan bertumpu pada kedua tangannya, maka akan beresiko pada retaknya persendian tulang belakang atau disebut sebagai kegagalan tulang belakang, hal ini disebabkan ketika bertumpu pada tangan maka badan akan menghadap ke tanah sehingga membuat tulang belakang cekung ke belakang.
Posisi jari kaki ketika jongkok hingga sujud, memiliki fungsi menjaga ktersambungan urat-urat, sel-sel, dan syaraf yang berada di bawah perlindungan cekungan telapak kaki. Tidak hanya itu, posisi ini juga menguatkan persendian tulang dan sistem otot sehingga menjaga kecekunagn telapak kaki agar tidak rata.
Manfaat lain dari sujud juga menjaga kestabilan aliran dalah yang menuju ke otak sehingga otak tidak kekurangan oksigen dan utrisi yang dibutuhkan. Kondisi ini menyebabkan bertambahnya jumlah produksi hemoglobin yang aman akan membawa zat-zat kimia sisa metabolisme. Sehingga menjaga dan menyembuhkan sakit kepala yang muncul akibat penumpukan sisa metabolisme di otak, yang pada akhirnya dapat memberikan penyegaran bagi otak.

f.        Duduk Diantara Dua Sujud dan Bacaannya
Duduk diantara dua sujud merupakan puncak latihan bagi cekungan telapak kaki, karena seorang pelaksana salat akan bertumpu di atas ruas jemari kakinya dan duduk di atas kedua tumitnya. Posisi duduk seperti ini akan membuat kaki merasa sakit karena terjadi penetrasi dari bobot tubuh terhadap dua tumit yang membuat cekungan telapak kaki pada batas maksimalnya. Karena itulah, posisi bertumpu di atas ruas dalam jemari kaki akan membagi-bagi kekuatan tumpuan sesuai dengan kekuatan jari kaki itu sendiri.
Fungsi dari gerakan duduk diantara dua sujud yakni menambah kekuatan ligamentum dan sistem otot telapak kaki. Kedua, adanya rentang waktu dalam duduk, dapat membantu meningkatkan daya tahan sistem otot dan ligamentum yang juga menjadi salah satu unsur olahraga. Selain itu, posisi ini juga membantu aliran darah dari otak menuju ke jantung kembali setelah sujud. Sedangkan letak kedua tangan berfungsi merilekskan otot kedua siku setelah sujud. Duduk ini pun memberiakan efek pada kestabilan daerah tulang pinggul agar dalam posisi normalnya. Namun dalam duduk tidak boleh mengangkat tangan ataupun kepala juga menundukkannya. Dikarenakan hal tersebut akan menambah condong pada punggul dan tulang rawan sehingga berakibat menambah kecekunagn pada tulang rawan.

g.      Sujud Kedua
Dalam salat, sujud dilakukan sebanyak dua kali dalam satu rakaat. Hal ini bukan berarti tanpa hikmah dan manfaat darinya. Beberapa manfaatnya ialah menguatkan kedua otot siku, otot dada, perut, punggung, membuat rata bahu, dan melebarkan dada yang pada akhirnya menambah produksi hemoglobin yang menambah kemampuan kerja organ-organ penting dalam tubuh. Kedua, adanya dua kali sujud dapat membuat proses aliran darah ke otak kemudian kembali ke jantung atau penyucian otak dari zat-zaat sisa metabolisme, menjadi lebih sering dan banyak sehingga lebih menyegarkan otak. Ketiga, sujud merupakan puncak bentuk ibadah dan ketundukan kepada Allah, dismping itu sujud juga puncak dari adanya pengulangan gerakan yang akan meningkatkan lagi unsur-unsur dan kekuatan sistem otot dalam olahraga. Keempat, dalam sujud merupakan gabungan dari sistem kerja otot, sehingga meningkatkan kemampuan kerja organ-organ penting yang dapat meningkatkan kemapuan berpikir dan berinovasi.

h.      Bangun Dari Sujud Kedua dan Tumakninah
Para ahli fiqih berbeda pendapat apakah duduk istirahat itu sunnah sehingga disunnahkan pada setiap orang untuk melakukannya atau ia bukanlah sunah sehingga siapa yang ingin istirahat sejenak bisa melakukannya.[6] Duduk istirahat dalam Rasulullah yaitu duduk sebentar agar badan dapat melesat keatas lebigh cepat karena sudah sedikit beristirahat.
Manfaat dari gerakan bangun dari sujud menuju rakaat kedua maupun ketiga yakni adanya tupuan pada ruas jari kaki yang menyeimbangkan tubuh. Hal ini memiliki tumpuan yang sangat kecil dibandingkan posisi tubuh duduk dan tidur. Namun, hal ini tidak akan menimulkan efek buruk pada tubuh. Dibandingkan tubuh bertumpu pada satu kaki ataupun satu tangan yang akan menimbulkan kelainan pada tulang pinggul. Hal tersebut dikarenakan kedua tulang kaki bertumpu pada tulang pinggul yang apabila hanya dipakai pada satu tumpuan makan akan menimbulkan kelainan.

i.        Duduk Tasyahud dan Bacaannya
Duduk tasyahud dalam salat hukumnya wajib, karena pada setiap akhir salat ada duduk tasyahud, berbeda dengan salat jenazah yang tidak ada ruku’, sujud, dan tasyahud. Cara duduk tasyahud pertama berbeda dengan duduk tasyahud kedua, sebagaimana disebutkan dalam hadist Abu Hamid ketika menggambarkan bentuk salat Rasulullah SAW, “jika beliau duduk diantara dua rakaat,ia akan duduk di atas kaki kirinya sambil mengakkan kaki kanan, adapun jika Rasulullah duduk pada rakaat terakhir, beliau akan lebih memajukan kaki kirinya dan menegakkan kaki lainnya lalu duduk di tempat duduknya.[7]
Duduk diatara dua sujud dan duduk tasyahud memiliki kesamaan dalam posisi, kedua posisi duduk tersebut memiliki manfaat yakni membuat tekanan pada pembuluh darah betis yang mencegan akan penyakit varises. Adapun duduk tasyahud akhir, lebih memajukan posisi kaki kiri dikarenakan pada duduk ini akan memakan waktu yang lebih lama daripada duduk tasyahud awal, sehingga mengurangi rasa nyeri ketika duduk yang terlalu lama. Menegakkan telapak kaki kanan dikarenakan kita lebih banyak menggunakan bagian tubuh sebelah kanan sehingga gerakan salat dapat mengurangi pengembangan bagian tubuh kanan agar tidak membesar karena lebih banyak dan keras dalam pekerjaannya. Adapun gerakan jari telunjuk melambangkan simbol tauhid dalam pengEsaan Allah.

j.        Salam
Salam merupakan gerakan terakhir dalam salat yaitu dengan menoleh kearah kanan dan kiri sampai terlihat pipi dari belakang. Manfaat dari gerakan tersebut adalah ketika menoleh ke arah kanan maka otot kiri akan tertarik, begitu juga sebaliknya pada saat menoleh ke kiri. Sebenarnya hal tersebut melatih otot leher kita agar menambah kelenturan dan juga persendian yang bekerja untuknya.

3.      Unsur salat pada umumnya
Salat memiliki unsur dasar dalam olahraga yaitu adanya gerakan-gerakan dasar pemanasan, latihan yang rutin, dan penambah semangat sebagaimana dalam olahraga. Salat memiliki unsur lain selain olahraga yakni unsur pendidikan dimana salat mengajarkan kepada sifat-sifat terpuji seperti, sifat teratur, kepatuhan, kepemimpinan, kerja sama, loyal terhadap kelompok, dan lain sebagainya. Selain itu, salat juga mrngajarkan estetika dari perpaduan gerak, formasi, serta model penampilan. Salat juga menagjarkan akan kepedulian terhadap perbedaan seperti adanya keringanan dalam salat bagi mereka yang mempunyai kondisi tubuh yang kurang memungkinkan, begitu juga umur manusia, apabila salat dilakukan dengan cepat akan menyusahkan bagi yang orang yang sudah lanjut usia dalam pengerjaanya.
Dengan salat, kita di haruskan untuk bergerak dan melakukan segala yang diwajibkan maupun di sunnahkan dalam salat. Salat memiliki pengaruh dalam mencegah dan mengurangi beberapa jenis penyakit. Salat dapat menjaga sistem syaraf, sistem tubuh, dan sistem gerakan tubuh agar senantiasa berfungsi dengan baik. Salat juga menjaga dari penyakit dalam yang tidak terlihat dari luar tubuh seperti, rematik, sakit punggung, jantung, pernapasan, dan juga diabetes.

Kesimpulan
Salat dapat menjadi olahraga bagi manusia karena ada banyak manfaat sebagaimana kita berolahraga pada umumnya. olahraga sangatlah dianjurkan untuk menjaga tubuh kita tetap sehat dan bugar. Dengan salat kita dapat merawat dan menjaga kesehatan dan kebugaran. Gerakan salat senantiasa merawat kesehatan jasmani dan rohani. Allah menciptakan manusia sekaligus dengan tatacara dan program perawatannya yang bisa dilakukan oleh manusia. Jadi, salat bukan sekedar kewajiban seorang hamba terhadap penciptanya namun juga metode perawatan baik jiwa maupun raga itu sendiri.

Daftar Pustaka
Muhyiddin, Asep, dan Salahuddin, Asep, 2006, Salat Bukan Sekedar Ritual, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Syafi’i, Jalal, 2009, Dahsyatnya Gerakan Shalat, Jakarta: Gema Insani.
Salim, Mukhtar, 2009, Sehat Jiwa Raga dengan Sholat, Klaten: Wafa Press.
Al-Kumayi, Sulaiman, 2007, Shalat : Penyembahan dan Penyembuhan, Jakarta: Penerbit Erlangga.
Haryanto, Sentot, 2003, Psikologi Shalat, Yogyakarta: Mitra Pustaka.


[1]Jalal Syafi’i, Dahsyatnya Gerakan Shalat, (Jakarta: Gema Insani, 2009), hlm. 83.
[2]Ibid, hlm. 92.
[3]Ibid, hlm. 134
[4]Ibid, hlm. 155
[5]Ibid, hlm. 165
[6]Ibid, hlm. 223
[7]Ibid, hlm. 236

No comments:

Post a Comment