RAHASIA, HIKMAH, MANFAAT DARI GERAKAN SHALAT
Pendahuluan
Salat merupakan salah satu ibadah yang sangat mulia dan paling di
cintai oleh Allah SWT. Bahkan, Nabi Muhammad sendiri telah menegaskan tentang
kedudukan salat. Beliau bersabda, ”Salat itu meerupakan tiang agama.” Salat
merupakan salah satu cara untuk merawat tubuh manusia, seperti halnya seseorang
yang memiliki barang baru, maka akan dibutuhkan perawatan agar tetap terjaga
dan beroprasi sebagaimana layaknya. Semuanya itu membutuhkan perawatan secara
kontinu sehingga selalu terjaga barang tersebut, begitu juga dengan tubuh
manusia. Allah menciptakana manusia sekaligus juga program perawatannya. Semua
perintah dan larangannya merupakan program yang Allah berikan untuk merawat
ciptaan-Nya tersebut. Fungsi dari salat adalah merawat organ tubuh bagian luar,
sedangkan puasa bertujuan merawat organ tubuh bagian dalam, begitu pula ibadah
haji yaitu untuk merawat jiwa manusia.semua program tersebut hanya memiliki
satu tujuan yakni memurnikan syahadat, yangmana umat manusia dengan seluruh
program yang di sampaikan oleh Nabi merupakan paket hadiah yang di berikan oleh
Allah yang patut dan wajib untuk disyukuri dan di rawat.
Konten
1.
Keutamaan
Salat
Salah satu hadits yang di riwayatkan
oleh Abdurrahman, Rasulullah SAW bersabda, ”Kunci surga adalah salat”. Kemudian
hadits lain yang diriwayatkan oleh Thalhah bin Ubaidillah bahwa ada seorang
badui mendatangi Rasulullah seraya mengubah syair lalu berkata, “ Rasulullah,
beri tahu aku salat yang diwajibkan oleh Allah kepadaku !”Rasulullah menjawab,
“Salat lima waktu kecuali jika kamu mau menambahnya dengan salat-salat sunnah
lainnya”. Badui itu kembali berkata,” Rasulullah beri tahu aku puasa yang
diwajibkan oleh Allah kepadaku !” Rasulullah kembali menjawab, “Puasa di bulan
Ramadhan kecuali jika kamu mau menambah dengan puasa sunnah lainnya.” Badui itu
masih bertanya juga, “Rasulullah, beri tahu aku zakat yang diwajibkan oleh
Allah kepadaku !” lantas Rasulullah pun segera mengajarkan kepada laki-laki
tersebut semua syariat Islam agar ia tidak bertanya-tanya lagi. Setelah selesai
diajarkan, badui itu segera berkata, “Aku tidak mau menambah (dengan hal-hal
sunnah) ataupun mengurangi (melalaikan) ibadah-ibadah yang telah Allah wajibkan
kepadaku.” Lantas segera di timpali oleh Rasulullah SAW, “ Ia akan beruntung
jika jujur (benar-benar melakukan apa yang di ucapkannya) atau paling tidak, ia
akan maasuk surga jika jujur.”[1] Dari
hadits tersebut terlihat Rasulullah mengkaitkan antara keberuntungan dan masuk
surga dalam upaya menjaga salat-salat fardhu dan ibadah-ibadah fardhu lainnya.
Allah berfirman dalam surat Annur:
56 yang artinya: “Dan dirikanlah salat, dan tunaikanlah zakat, dan taatlah
kepada rasul supaya kamu di beri rahmat” dalam ayat ini jelas bahwa pelaksanaan
salat menjadi salah satu sebab di dapatkannya rahmat Allah.
Dari ayat AlQuran dan hadits di atas
menjelaskan bahwasanya salat dan ibadah fardhu lainnya memiliki kelebihan dan
manfaatnya masing-masing. Namun sampai dewasa ini masih banyak dari manusia
yang melalikan dan meninggalkan dengan sengaja perintah dan anjuran yang sudah
Allah berikan.
2.
Hikmah
Bacaan dan Gerakan Salat
Dalam salat ada rukun dan syarat sah
salat yang harus di laksanakan. Pada hal ini akan di bahas mengenai rukun dalam
salat. Mengingat gerakan dan bacaan salat terdapat di dalam rukun salat.
a.
Takbiratul
Ikhram
Takbiotul ikhrom merupakan gerakan
awal yang di lakukan setelah mengucapkan niat salat. Biasanya pada saat takbiratul
ikhram di sertai dengan mengangkat kedua tangan hingga telapak tangan sejajar
dengan telinga. takbiratul ikhram merupakan batasan dimana seorang yang akan
salat di larang untuk bergerak diluar gerakan salat. Imam Malik berpendapat
dalam Dahsyatnya Gerakan Salat (Jalal Syafi’i, 2009), bahwasanya seorang imam
salat yang lupa dengan takbriotul ikhrom maka hendaklah dia dan makmumnya
mengulangi salatnya lagi.
Imam Bukhori mengatakan bahwa
mengangkat tangan terlebih dahulu sebelum mengucapkan takbir. Hal itu artinya
bahwa mengangkat kedua tangan merupakan simbol dari penolakan sifat kebesaran
yang disandang oleh selain Allah, sedangkan kalimat takbir sendiri merupakan
penolakan tersebut.[2]
Bebrapa ulama berpendapat bahwa mengangkat tangan sebagai isyarat orang tuli
bahwasanya salat telah dimulai, dan orang buta dapat mendengar takbir yang di
ucapkan oleh imam. Dan ulama lain berpendapat bahwa keduanya adalah menolak
dunia dan sepenuhnya patuh ibadah kepada Allah semata. Pendapat lain lagi
menyatakan bahwasanya takbiratul ikhram adalah simbol penghormatan ketika mulai
ibadah dan pengagugan terhadap Allah SWT.
Dari aspek kesehatan, mengangkat
kedua tangan dapat mengurangi kelaina karena kurangnya pasokan oksigen yang
masuk ke dalam otak. Hal ini berasal dari posisi kita yang sering membungkuk,
biasanya para pelajar maupun pekerja kantoran, mengakibatkan berkurangnya
volume udara yang masuk dalam sirkulasi paru-paru, sehingga jumlah oksigen yang
masuk ke dalam paru-paru menurun bahkan di bawah batas normal. Hal tersebut
berimbas pada berkurangnya hemoglobin (sel darah yang membawa oksigen ke
seluruh tubuh) dalam darah, yang akhirnya mengurangi proses pengolahan nutrisi
dalam tubuh. Sehingga kadar darah yang mengangkut hasil metabolisme tubuh akan
berkurang juga. Dan akhirnya zat-zat sisa metabolisme yang harus di bawa ke
paru-paru lagi untuk di keluarkan tersebut berkurang dan menyebabkan otot akan
cepat terasa lelah karena sisa pembakaran yang dibawa hanya sedikit.
Tidak hanya pada sirkulasi paru-paru
saja melainkan menyebar pula ke sel otak karena berkurangnya sel darah yang
membawa oksigen dan nutrisi. Hal tersebut dapat mengakibatkan timbulnya stres.
Gerakan takbiratul ikhram dapat
mengatasi kedua masalah tersebut. Karena, pada saat kedua tanyan diangkat
keatas dan kedua siku sedikit menyamping disertai dengan bahu yang rata atau
tegap, maka akan mengembalikan posisi tulang belikat pada posisi asalnya.
Posisi tersebut dapat mencegah perputaran dua bahu dan punggung. Dan apabila di
lakukan secara rutin, akan menyembuhkan kelainan-kelainan yang terjadi.
Selain hal itu posisi takbiratul
ikhram melebarkan dada sehingga kemampuan diagfragma bertambah besar dan
oksigen yang masuk ke dalam tubuh akan bertambah. Namun mengangkat tangan
secara berlebihan akan menyebabkan tulang belikat terlalu tertarik ke depan
yang pada akhirnya menimbulkan kegagalan tulang rawan atau rematik.
b.
Posisi
Kedua Tangan dan Bacaan Surat Al Fatihah
Pada dasarnya, setelah melakukan takbiratul
ikhram adalah meletakkan kedua tangan di atas dada dengan posisi tangan kanan
di atas dan memegang pergelangan tangan
kiri. Posisi tangan ini lah yang mengakibatkan seseorang akan khusyuk dalam
salatnya. Meletakkan tangan di dada, di atas pusar dan di bawah tulang rusuk,
merupakan posisi terbaik untuk siku-siku dibandingkan dengan posisi lainnya.
Seseorang yang mengalami patah tulang, akan di gips dengan posisi tangan
seperti itu. Selain itu, posisi tersebut dapat enjaga kedua posisi bahu agar
sama tinggi, sehingga mencegah terjadinya kemiringan sisi pada tulang punggung,
sekaligus menyembuhkannya. Dan tangan kanan harus di atas tangan kiri karena
dalam hidup, kita bnayak dianjurkan untuk banyak menggunakan tangan kanan dalam
hal kebaikan. Dalam Qur’an pun penduduk surga disimbolkan dengan tangan kanan.
Pada fase ini seorang yang salat ada
dalam posisi berdiri secara umum. Dan ketika tangan berada dia atas dada dengan
posisi yang sedemikian rupa, maka secara tidak langsung posisi tubuhnya agak
sedikit condong ke belakan. Hal ini lah yang menyebabkan kita di wajibkan untuk
melihat tempat sujud agar dapat mengimbangi beban yang dibawa oleh badan. Dan
apabila lengkugan badan ke belakang bertambah, maka akan menambah lengkungan
pada tulang rawan belakang perut yang mengakibatkan kegagalan tulang rawan yang
akan menimbulkan rasa sakit yang amat di sepanjang kedua kaki hingga tulang
awan.
c.
Ruku’
dan Bacaannya
Pentingnya posisi ruku’ dalam salat
sama pentingnya dengan salat itu sendiri. Jenis salat dapat di ukur dengan
adanya ruku’. Diriwayatkan dari malik, ia di beri tahu bahwa Abdullah bin Umar
dan Zaid bin Tsabit keduanya pernah berkata, “Siapa yang mendapat satu ruku’
maka ia mendapat satu sujud (rakaat).[3] Dari
sini sudah terlihat pentingnya ruku’ dalam salat. Dalam ruku’ kita diharuskan
untuk membungkukkan badan dan meluruskan kepala dengan punggung yang di topang
oleh kedua tangan yang menempel pada kedua lutut dan merenggangkan punggung.
Hal ini menybabkan otot belakang kaki tertarik atau ekstensi dan pemanjangan
otot, dan hal ini sangat bermanfaat menambah kelenturan dan kemampuan menekuk,
sehingga orang akan dapat berjalan ataupun berlari dengan lincah. Posisi ruku’
juga merupakan salah satu unsur olahraga. Sedangkan, apabila ada penyusutan
otot belakang kaki akan menimbulkal meningkatnya tekanan pada saraf nutrisi
atau lebih di kenal dengan encok.
Ketika ruku’ tangan berada di atas
lutut dan dilarang berada diantara paha, hal ini disebabkan apabila berada
diantara paha maka akan mempersulit pernafasan. Selain itu ketika tangan berada
diantara paha, maka akan menarik lutut lebih dekat satu sama lain yang menmbuat
otot belakang kaki tidak tertarik dengan sempurna. Dari segi fisiologi, ketika
ruku’ punggung dan kepala sama rata dengan tanah, sehingga ketika jantung
memompa ke kepala tidak dipengaruhi oleh gravitasi. Sehingga kadar darah dalam
otak akan bertambah berikut juga dengan nutrisi nya. Selain suplai darah yang
meningkat, ruku’ juga memperbaiki kemampuan memandang dan daya melihat,
khususnya bagi yang mengidap penyakit hati dan darah rendah.
d.
I’tidal
dan Bacaannya
Seluruh gerakan salat haruslah
dilakukan dengan baik dan benar. Termasuk gerakan i’tidal atau bangun dari
ruku’. Sebagaimana perintah Rasulullah dalam sabda beliau kepada orang yang
suka terburu-buru dalam salat, “Berdirilah (dari ruku’), sampai kamu
benar-benar merasa nyaman dengan berdiri kamu itu!” dalam gerakan ruku’ seorang
yang salat diharuskan sanggup menarik otot punggung dan bokong serta otot
belakang kaki diikuti oleh pelemasan otot dada. Hal ini mencegan akan adanya
kebugkukan yang disebabkan kurang ekstensinya sistem otot punggungnya.
Selain daripada mencegah ataupun
mengurangi dari resiko kebungkukan, gerakan ruku’ juga dapat meningkatkan
kemampuan diagfragma atau siklus paru-paru yang dapat juga memperbaiki kerja
berbagai macam organ tubuh lainnya. Hal ini disebabkan ketika bangun dari
ruku’, seorang yang salat mengangkat tangannya sebagaimana yang ia lakukan
ketika takbiratul ikhram.
Namun beberapa ulama berpendapat
bahwa i’tidal haruslah didasari dengan niat yang pasti, karena dimisalkan
seorang yang salat ketika ruku’ melihat ular didepannya kemuadian kaget dan
berdiri tegak, hal inilah yang gerakan bangun dari ruku’nya tidak dianggap sah
dalam salat. Artinya, seorang pelaksana salat haruslah bangun dari ruku’ dengan
senyaman mungkin (thuma’ninah).[4] Rasa
takut dan kaget yang timbul tersebut mengirimkan sinyal ke syaraf otak sehingga
otak menginstruksikan cairan kelenjar yang ada di atas ginjal untuk
mengeluarkan hormon adrenalin, yang mana hormon adrenalin itulah yang membuat
gerakan kaget dan menambah tekana darah ke otak, menambah detakan jantung dan
tekanan untuk buang air kecil. Maka seorang yang tanpa sengaja bangun dari
ruku’nya hendaklah ia kembali ke posisi ruku’nya lagi sampai merasa nyaman, baru
setelah itu ia dapat melakukan i’tidal dengan benar.
e.
Sujud
dan Bacaannya
Sebagian besar ulama berpendapat
bahwasanya gerakan sujud dimulai dari meletakkan kedua lutut, kemudian tangan
dan diakhiri dengan kepala. Namun ada hadits yang melarang gerakan sujud
seperti dengan telungkupnya unta, yang mana unta mendahulukan kaki belakangnya
dahulu ketika telungkup. Posisi telungkup unta merupakan gerakan yang dilarang
oleh Rasulullah, karena gerakan yang dilakukan oleh unta berlawanan dengan yang
di inginkan oleh Rasulullah.
Menurut analisis ilmu anantomi
tubuh, jika seorang manusia bergerak untuk bersujud dengan bertumpu pada kedua
lututnya dan bukan tangannya maka berarti ia telah menjaga kelurusan punggung
saat jongkok untuk sujud. Dengan begitu yulang belakang akan tetap berada di
tempatnya yang normal dan hanya mengalami kecekungan sedikit saja.[5] Namun
apabila sujud dengan bertumpu pada kedua tangannya, maka akan beresiko pada
retaknya persendian tulang belakang atau disebut sebagai kegagalan tulang
belakang, hal ini disebabkan ketika bertumpu pada tangan maka badan akan
menghadap ke tanah sehingga membuat tulang belakang cekung ke belakang.
Posisi jari kaki ketika jongkok
hingga sujud, memiliki fungsi menjaga ktersambungan urat-urat, sel-sel, dan
syaraf yang berada di bawah perlindungan cekungan telapak kaki. Tidak hanya
itu, posisi ini juga menguatkan persendian tulang dan sistem otot sehingga
menjaga kecekunagn telapak kaki agar tidak rata.
Manfaat lain dari sujud juga menjaga
kestabilan aliran dalah yang menuju ke otak sehingga otak tidak kekurangan
oksigen dan utrisi yang dibutuhkan. Kondisi ini menyebabkan bertambahnya jumlah
produksi hemoglobin yang aman akan membawa zat-zat kimia sisa metabolisme.
Sehingga menjaga dan menyembuhkan sakit kepala yang muncul akibat penumpukan
sisa metabolisme di otak, yang pada akhirnya dapat memberikan penyegaran bagi
otak.
f.
Duduk
Diantara Dua Sujud dan Bacaannya
Duduk diantara dua sujud merupakan
puncak latihan bagi cekungan telapak kaki, karena seorang pelaksana salat akan
bertumpu di atas ruas jemari kakinya dan duduk di atas kedua tumitnya. Posisi
duduk seperti ini akan membuat kaki merasa sakit karena terjadi penetrasi dari
bobot tubuh terhadap dua tumit yang membuat cekungan telapak kaki pada batas
maksimalnya. Karena itulah, posisi bertumpu di atas ruas dalam jemari kaki akan
membagi-bagi kekuatan tumpuan sesuai dengan kekuatan jari kaki itu sendiri.
Fungsi dari gerakan duduk diantara
dua sujud yakni menambah kekuatan ligamentum dan sistem otot telapak kaki.
Kedua, adanya rentang waktu dalam duduk, dapat membantu meningkatkan daya tahan
sistem otot dan ligamentum yang juga menjadi salah satu unsur olahraga. Selain
itu, posisi ini juga membantu aliran darah dari otak menuju ke jantung kembali
setelah sujud. Sedangkan letak kedua tangan berfungsi merilekskan otot kedua
siku setelah sujud. Duduk ini pun memberiakan efek pada kestabilan daerah
tulang pinggul agar dalam posisi normalnya. Namun dalam duduk tidak boleh
mengangkat tangan ataupun kepala juga menundukkannya. Dikarenakan hal tersebut
akan menambah condong pada punggul dan tulang rawan sehingga berakibat menambah
kecekunagn pada tulang rawan.
g.
Sujud
Kedua
Dalam salat, sujud dilakukan
sebanyak dua kali dalam satu rakaat. Hal ini bukan berarti tanpa hikmah dan
manfaat darinya. Beberapa manfaatnya ialah menguatkan kedua otot siku, otot
dada, perut, punggung, membuat rata bahu, dan melebarkan dada yang pada
akhirnya menambah produksi hemoglobin yang menambah kemampuan kerja organ-organ
penting dalam tubuh. Kedua, adanya dua kali sujud dapat membuat proses aliran
darah ke otak kemudian kembali ke jantung atau penyucian otak dari zat-zaat
sisa metabolisme, menjadi lebih sering dan banyak sehingga lebih menyegarkan
otak. Ketiga, sujud merupakan puncak bentuk ibadah dan ketundukan kepada Allah,
dismping itu sujud juga puncak dari adanya pengulangan gerakan yang akan
meningkatkan lagi unsur-unsur dan kekuatan sistem otot dalam olahraga. Keempat,
dalam sujud merupakan gabungan dari sistem kerja otot, sehingga meningkatkan
kemampuan kerja organ-organ penting yang dapat meningkatkan kemapuan berpikir
dan berinovasi.
h.
Bangun
Dari Sujud Kedua dan Tumakninah
Para ahli fiqih berbeda pendapat
apakah duduk istirahat itu sunnah sehingga disunnahkan pada setiap orang untuk
melakukannya atau ia bukanlah sunah sehingga siapa yang ingin istirahat sejenak
bisa melakukannya.[6]
Duduk istirahat dalam Rasulullah yaitu duduk sebentar agar badan dapat melesat
keatas lebigh cepat karena sudah sedikit beristirahat.
Manfaat dari gerakan bangun dari
sujud menuju rakaat kedua maupun ketiga yakni adanya tupuan pada ruas jari kaki
yang menyeimbangkan tubuh. Hal ini memiliki tumpuan yang sangat kecil
dibandingkan posisi tubuh duduk dan tidur. Namun, hal ini tidak akan menimulkan
efek buruk pada tubuh. Dibandingkan tubuh bertumpu pada satu kaki ataupun satu
tangan yang akan menimbulkan kelainan pada tulang pinggul. Hal tersebut
dikarenakan kedua tulang kaki bertumpu pada tulang pinggul yang apabila hanya
dipakai pada satu tumpuan makan akan menimbulkan kelainan.
i.
Duduk
Tasyahud dan Bacaannya
Duduk tasyahud dalam salat hukumnya
wajib, karena pada setiap akhir salat ada duduk tasyahud, berbeda dengan salat
jenazah yang tidak ada ruku’, sujud, dan tasyahud. Cara duduk tasyahud pertama
berbeda dengan duduk tasyahud kedua, sebagaimana disebutkan dalam hadist Abu
Hamid ketika menggambarkan bentuk salat Rasulullah SAW, “jika beliau duduk
diantara dua rakaat,ia akan duduk di atas kaki kirinya sambil mengakkan kaki
kanan, adapun jika Rasulullah duduk pada rakaat terakhir, beliau akan lebih
memajukan kaki kirinya dan menegakkan kaki lainnya lalu duduk di tempat
duduknya.[7]
Duduk diatara dua sujud dan duduk
tasyahud memiliki kesamaan dalam posisi, kedua posisi duduk tersebut memiliki
manfaat yakni membuat tekanan pada pembuluh darah betis yang mencegan akan
penyakit varises. Adapun duduk tasyahud akhir, lebih memajukan posisi kaki kiri
dikarenakan pada duduk ini akan memakan waktu yang lebih lama daripada duduk
tasyahud awal, sehingga mengurangi rasa nyeri ketika duduk yang terlalu lama.
Menegakkan telapak kaki kanan dikarenakan kita lebih banyak menggunakan bagian
tubuh sebelah kanan sehingga gerakan salat dapat mengurangi pengembangan bagian
tubuh kanan agar tidak membesar karena lebih banyak dan keras dalam
pekerjaannya. Adapun gerakan jari telunjuk melambangkan simbol tauhid dalam
pengEsaan Allah.
j.
Salam
Salam merupakan gerakan terakhir
dalam salat yaitu dengan menoleh kearah kanan dan kiri sampai terlihat pipi
dari belakang. Manfaat dari gerakan tersebut adalah ketika menoleh ke arah
kanan maka otot kiri akan tertarik, begitu juga sebaliknya pada saat menoleh ke
kiri. Sebenarnya hal tersebut melatih otot leher kita agar menambah kelenturan
dan juga persendian yang bekerja untuknya.
3.
Unsur
salat pada umumnya
Salat memiliki unsur dasar dalam
olahraga yaitu adanya gerakan-gerakan dasar pemanasan, latihan yang rutin, dan
penambah semangat sebagaimana dalam olahraga. Salat memiliki unsur lain selain
olahraga yakni unsur pendidikan dimana salat mengajarkan kepada sifat-sifat
terpuji seperti, sifat teratur, kepatuhan, kepemimpinan, kerja sama, loyal
terhadap kelompok, dan lain sebagainya. Selain itu, salat juga mrngajarkan
estetika dari perpaduan gerak, formasi, serta model penampilan. Salat juga
menagjarkan akan kepedulian terhadap perbedaan seperti adanya keringanan dalam
salat bagi mereka yang mempunyai kondisi tubuh yang kurang memungkinkan, begitu
juga umur manusia, apabila salat dilakukan dengan cepat akan menyusahkan bagi
yang orang yang sudah lanjut usia dalam pengerjaanya.
Dengan salat, kita di haruskan untuk
bergerak dan melakukan segala yang diwajibkan maupun di sunnahkan dalam salat.
Salat memiliki pengaruh dalam mencegah dan mengurangi beberapa jenis penyakit.
Salat dapat menjaga sistem syaraf, sistem tubuh, dan sistem gerakan tubuh agar
senantiasa berfungsi dengan baik. Salat juga menjaga dari penyakit dalam yang
tidak terlihat dari luar tubuh seperti, rematik, sakit punggung, jantung,
pernapasan, dan juga diabetes.
Kesimpulan
Salat dapat menjadi olahraga bagi
manusia karena ada banyak manfaat sebagaimana kita berolahraga pada umumnya. olahraga
sangatlah dianjurkan untuk menjaga tubuh kita tetap sehat dan bugar. Dengan
salat kita dapat merawat dan menjaga kesehatan dan kebugaran. Gerakan salat
senantiasa merawat kesehatan jasmani dan rohani. Allah menciptakan manusia
sekaligus dengan tatacara dan program perawatannya yang bisa dilakukan oleh
manusia. Jadi, salat bukan sekedar kewajiban seorang hamba terhadap penciptanya
namun juga metode perawatan baik jiwa maupun raga itu sendiri.
Daftar Pustaka
Muhyiddin, Asep, dan Salahuddin,
Asep, 2006, Salat Bukan Sekedar Ritual, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Syafi’i, Jalal, 2009, Dahsyatnya
Gerakan Shalat, Jakarta: Gema Insani.
Salim, Mukhtar, 2009, Sehat Jiwa
Raga dengan Sholat, Klaten: Wafa Press.
Al-Kumayi, Sulaiman, 2007, Shalat
: Penyembahan dan Penyembuhan, Jakarta: Penerbit Erlangga.
Haryanto, Sentot, 2003, Psikologi
Shalat, Yogyakarta: Mitra Pustaka.
No comments:
Post a Comment